Terlalu bodoh dan terulang lagi hanya merenung
hingga larut malam, kopi, asap rokok dan rembulan malam jangan aku kau
tinggalkan. Adakah hal lain yang lebih hangat sekedar bersandar di bahumu,
betapa melelahkan hidup ini sayang untuk ke sekian kalinya aku hanya duduk
terdiam, dan rembulan malam temaniku dalam lamunan
Damainya angin malam, damainya hingga kedalam jiwa,
hingga tak kuasa hangatkan tutur dan impian pun datang menghampiri. Indahnya
kegelapan dan sejuknya kesunyian, tak terasa hangatnya pernah terkapar
bersamamu gundahkan laraku, tak ingin hati ini menolak. Kesepian bagai nirwana
Indahnya daun jarimu, tetes embun rasuki kalbu, dan
badai pun hangat membelai selamanya mungkin bersamamu. Sebelum matahari senja
menyapu jauh tetaplah di istanamu, langit yang biru kelabu dan biarlah rinduku
kusimpan berasama mimpiku.Dan walau
terkadang bertemu muka lagi tanpa bahasa, tanpa isyarat..
Namun pada suatu ketika dalam redup rembulan yang
sedang bersedih,tersirat akan wajah indahmu beralih-alih antara kebaikan dan
kejahatan, berwujud dalam makhluk-makhluk yang ajaib dan mengerikan. Harusnya
awan menyatu dan menghadang namun kau pun tetap diam, tetap sinariku dengan
cahaya kuningmu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar